TUGAS FINAL
TEST
|
DOSEN
PENGASUH
|
Adat
Istiadat & Budaya Daerah
|
Sulisno,
S.Sn, M.Pd
|
MUSIK
PANTING
Oleh :
ZUL KHAIDIR : 0901290644

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH
BANJARMASIN
2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 4
BAB
II : PEMBAHASAN
A. Sejarah Musik Panting................................................................................. 5
B. Tokoh Musik Panting................................................................................... 9
C. Alat-Alat Musik Panting.............................................................................. 9
D. Cara Penyajian Musik
Panting..................................................................... 10
E. Fungsi Musik Panting.................................................................................. 10
BAB
III : PENUTUP
Simpulan........................................................................................................... 11
Analisis............................................................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Musik Panting
adalah musik tradisional dari suku Banjar di
Kalimantan Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat musik
yang dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka
disebut musik Panting. Namun sangatlah disayangkan, pada
kenyataannya kita sebagai Pemuda Banjar kurang berminat terhadap
kesenian-kesenian Banjar seperti Musik Panting misalnya, karena kesenian
tersebut dianggap ketinggalan zaman sehingga anak muda enggan belajar dan
menggelutinya.
Hal tersebut tentu saja akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan Musik Panting yang menjadi kesenian
tradisional kita suku Banjar. Oleh karena itu pada makalah ini akan membahas
tentang Kesenian Tradisional “Musik Panting” agar kita sebagai penerus bangsa
dapat mengerti dan memahami bagaimana melestarikan budaya daerah kita.
B. Rumusan
Masalah
1. Siapakah
tokoh musik panting?
2. Bagaimana
cara penyajian musik panting?
3. Apa
fungsi dari kesenian musik panting?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memenuhi tugas final test yang diberikan oleh Bapak Sulisno, S.Sn, M.Pd.
2. Untuk
bagaimana kita menjaga dan melestarikan budaya daerah kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Musik Panting
Beragam kesenian daerah yang dapat
kita nikmati di indonesia,salah satunya adalah kesenian daerah musik panting
yang berasal dari Kalimantan Selatan. Disebut musik
Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan Panting,
sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik Panting. Musik panting merupakan
musik campuran (ansambel),karena disajikan bersamaan berbagai jenis alat
musik.Biasanya,musik panting menggunakan 3 buah alat musik panting dan beberapa
alat musik lain seperti gong,biola,suling bambu,tamburin dan sebagainya.
Syair-syair yang berupa pantun merupakan salah satu yang menarik dari musik
panting,isi dari pantun tersebut juga beraneka macam,ada pantun berisi nasehat
sampai pantun jenaka.Pemain musik panting umunya menggunakan pakaian
banjar,bagi laki-laki menggunakan peci dan yang perempuan menggunakan
kerudung.Pemain musik panting memainkan alat musiknya dengan posisi
duduk,pemain laki-laki duduk bersila dan pemain perempuan duduk bertelimpuh.

Pada
awalnya musik Panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting
merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gambus Arab tetapi
ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara
perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan
musik Panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik
lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik
seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang.
Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik
Panting yang terkenal alat musiknya dan yang sangat berperan adalah Panting,
sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi
nama sebagai musik Panting adalah A. Sarbaini. Dan sampai sekarang ini musik
Panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan
Selatan.
Dalam
sejarah singkat kesenian musik panting menurut AW. Syarbaini di desa Barikin
Kec. Haruyan Kab. Hulu Sungai Tengah adalah:
1. A.W.
Syarbaini pada tahun 1969 mengenal dan mempelajari kesenian Musik Tradisional
Bajapin.
2. Pada
tahun 1973 membentuk kasenian tradisional bajapin tersebut dengan alat yang
sangat sederhana yang terdiri :
a. Panting
b. Babun
c. Gong
3. Setelah
itu pada tahun 1976 musik bajapin ditampilkan dalam bentuk sajian musik, yakni
musiknya saja tanpa mengiringi tarian japin dengan membawakan lagu-lagu melayu
Banjar pahuluan.
4. Pada
tanggal 15 November 1977 khususnya di desa Barikin musik bajapin tersebut
kembali ditampilkan dalam bentuk acara resipsi perkawinan dan pada waktu itulah
diberi nama Musik Panting, dalam acara tersebut telah hadir beberapa orang
tokoh seniman Kalimantan Selatan yang ikut menyaksikan pagelaran musik panting
tersebut, antara lain :
a. Yustan
Azidin
b. Marsudi,
BA
c. H. Anang
Ardiansyah
d. Drs. H.
Bahtiar Sanderta
Menurut
Yustan Azidin karena kesenian ini alat utamanya adalah panting maka dari itulah
musik tersebut alangkah baiknya diberi nama ” Musik Panting ”.
5. Pada
tahun 1977 Musik Panting khusus membawa lagu-lagu melayu banjar pahuluan yang
ditampilkan pada siang hari dengan irma slow, sedangkan syair lagunya
bernafaskan nasehat.
6. Pada
tahun 1978 telah diciptakan lagu dan syair dengan diberi nama Musik Panting.
7. Pada
tahun 1978 telah diciptakan lagu dan syair dengan diberi nama Musik Panting.
a. Panting : 3 buah.
b. Talinting : 1 buah.
c. Gong : 2 buah.
d. Giring-giring : 1 set.
e. Suling : 1 buah.
f. Biola : 1 buah.
g. Kulimpat : 5 buah (alat ini berasal dari musik
dayak).
8. Pada
tahun 1980 Musik Panting diperkaya dengan memakai Sound Sistem.
9. Pada
tahun 1981 disetiap Kabupaten sudah punya kesenian Musik Panting.
10. Pada
tahun 1982 sampai dengan 1985 Musik Panting telah berkembang di masyarakat.
11. Pada
tahun 1985 Musik Panting disebarkan ke sekolah-sekolah dengan melalui kantor
Kanwil Depdikbud Prop. Kalsel.
Bentuk Panting dan Ukiran :
Ø
Ukiran
kepala :
- Karuang Bulik
- Simbangan Laut
- Naga Salimburan
- Putri Bungsu
- Putri Kurung
- dll.

- Karuang Bulik
- Simbangan Laut
- Naga Salimburan
- Putri Bungsu
- Putri Kurung
- dll.
Ø Bentuk
Badan
- Mayang Bungkus
- Mayang Bunting
- Mayang Maurai
- Mayang Bungkus
- Mayang Bunting
- Mayang Maurai
Mengenai
kapan lahirnya musik “Panting”, sampai sekarang belum didapatkan data tertulis.
Tapi, menurut tuturan lisan yang berkembang di pedesaan dan kampung-kampung di
Kalimantan Selatan, musik “Panting” sudah ada sebelum zaman penjajahan. Atau
lebih kurang pada abad ke-18. Pada masa itu, musik “Panting” digunakan untuk
mengiringi tarian Japen dan Gandut.
Dalam
periode tersebut, musik “Panting” diiringi dengan istrumen lain seperti babun,
gong, suling, dan rebab. Tapi setelah biola masuk ke Kerajaan Banjar, maka
kedudukan rebab digantikan oleh biola.
Di masa
awal dan tahap perkembangannya, “Panting” hanya memiliki tiga buah tali.atau
senar. Dimana masing-masing senar punya fungsi tersendiri. Tali pertama disebut
pangalik. Yaitu tali yang dibunyikan untuk penyisip nyanyian atau melodi.
Tali
kedua, disebut panggundah atau pangguda yang digunakan sebagai penyusun lagu
atau paningkah. Sedang tali ketiga disebut agur yang berfungsi sebagai bass.
Tali
“Panting” pada masa lalu dibuat dari haduk hanau (ijuk), serat nenas, serat
kulit kayu bikat, benang mesin, atau benang sinali.
Tapi
sekarang, karena lebih mudah didapatkan, ditambah lagi dengan bunyinya yang
jauh lebih merdu, benang nilon tampak lebih banyak digunakan. Atau, ada pula
yang menggunakan tali kawat dengan empat bentangan pada badan “Panting”.
Kemunduran
musik “Panting” terjadi pada jaman penjajahan Jepang. Waktu itu, musik
“Panting” jarang sekali dipergelarkan. Wajar saja, karena pada waktu itu,
setiap orang harus berjuang keras untuk mempertahankan hidup. Termasuk puluhan
tahun setelah Jepang meninggalkan Indonesia.
Tahun
1984 merupakan tahun yang sangat menentukan bagi kehidupan musik “Panting”.
Ketika itu, para seniman melakukan penelitian terhadap musik ini di daerah
Kabupaten Tapin.
Dari
hasil penelitian, dinyatakan bahwa musik “Panting” masih layak untuk diangkat
kembali ke permukaan. Segala sesuatu pun dipersiapkan. Lagu-lagunya direnovasi
dan diganti dengan lagu-lagu Banjar yang sudah diaransement ulang sedemikian
rupa.
Setelah
dibenahi secukupnya dengan tidak meninggalkan esensi sebagai suatu musik
tradisi, di tahun 1984 itu juga, musik “Panting” diujicobakan ke festival musik
daerah se-Indonesia.
Hasilnya
sangat memuaskan sekaligus mengejutkan. Musik pantng berhasil menduduki
peringkat 10 besar musik-musik Nusantara. Sejak saat itu, pembinaan terus
ditingkatkan. Hingga pada akhirnya, lahirlah grup-grup musik “Panting” di
seluruh penjuru Kalimantan Selatan seperti sekarang ini.
B. Tokoh
Musik Panting
Pada
umumnya orang yang memainkan musik Panting adalah masyarakat Banjar. Tokoh yang
paling terkenal sebagai pemain Panting adalah AW. Sarbaini. Dan ada juga
grup-grup musik Panting yang lain. Tetapi sekarang ini seiring dengan adanya
perkembangan zaman grup musik Panting menjadi semakin sedikit bahkan jarang
ditemui.
- Alat-Alat Musik Panting
Alat-alat
musik Panting terdiri dari :
·
Panting, alat musik
yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi lebih kecil dan memiliki senar.
Panting dimainkan dengan cara dipetik.
·
Babun, alat musik yang
terbuat dari kayu berbentuk bulat, ditengahnya terdapat lubang, dan di sisi
kanan dan kirinya dilapisi dengan kulit yang berasal dari kulit kambing. Babun
dimainkan dengan cara dipukul.
·
Gong, biasanya terbuat
dari aluminium berbentuk bulat dan ditengahnya terdapat benjolan berbentuk
bulat. Gong dimainkan dengan cara dipukul.
·
Biola, sejenis alat
gesek.
·
Suling bambu, dimainkan
dengan cara ditiup.
·
Ketipak, bentuknya
mirip tarbang tetapi ukurannya lebih kecil, dan kedua sisinya dilapisi dengan
kulit.
·
Tamburin, alat musik
pukul yang terbuat dari logam tipis dan biasanya masyarakat Banjar menyebut
tamburin dengan nama guguncai.
- Cara Penyajian Musik Panting
Menurut
cara penyajiannya Panting termasuk jenis musik ansambel campuran. Karena
terdiri dari berbagai jenis alat musik. Dalam pertunjukan musik Panting,
biasanya jumlah pantingnya sebanyak 3 buah dan ditambah alat-alat musik
lainnya. Musik panting disebut juga dengan nama japin apabila penyajiannnya
diiringi dengan tarian. Musik panting disajikan dengan lagu-lagu yang biasanya
bersyair pantun. Pantun tersebut berisi nasihat ataupun pantun petuah, dan
pantun jenaka. Lagu yang dinyanyikan monotor, yang artinya musik tersebut
dinyanyikan tanpa ada reff. Pemain musik Panting memainkan musik tersebut
dengan cara duduk, para pemain laki-laki duduk dengan bersila, sedangkan pemain
perempuan duduk dengan bertelimpuh. Para pemain musik Panting pada umumnya
mengenakan pakaian Banjar. Yang laki-laki mengenakan peci sebagai tutup kepala
sedangkan pemain perempuan menggunakan kerudung.
- Fungsi Musik Panting
Musik
Panting mempunyai fungsi sebagai :
·
Sebagai hiburan, karena
musiknya dan syair-syairnya yang kadang-kadang jenaka dan dapat menghibur orang
banyak. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan pada acara perkawinan.
·
Sebagai sarana
pendidikan, karena didalam musik Panting syainya berisi tentang nasihat-nasihat
dan petuah.
·
Sebagai musik yang
memiliki nilai-nilai agama, karena musik-musiknya mengandung unsur-unsur agama.
·
Untuk mempererat tali
silaturahmi antar sesama warga masyarakat.
·
Sebagai kesenian musik
tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Musik
Panting adalah musik tradisional dari suku
Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat
musik yang dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar
(panting) maka disebut musik Panting. Pada awalnya musik Panting berasal
dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang
dipetik yang berbentuk seperti gambus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada
waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo.
Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik Panting akan lebih menarik
jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang
ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan
pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari
nama alat musik itu sendiri, karena pada musik Panting yang terkenal alat
musiknya dan yang sangat berperan adalah Panting, sehingga musik tersebut
dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik
Panting adalah A. Sarbaini. Dan sampai sekarang ini musik Panting terkenal
sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
Musik
panting disajikan dengan lagu-lagu yang biasanya bersyair pantun. Pantun
tersebut berisi nasihat ataupun pantun petuah, dan pantun jenaka. Lagu yang
dinyanyikan monotor, yang artinya musik tersebut dinyanyikan tanpa ada reff.
Musik
Panting mempunyai fungsi sebagai :
·
Sebagai hiburan, karena
musiknya dan syair-syairnya yang kadang-kadang jenaka dan dapat menghibur orang
banyak. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan pada acara perkawinan.
·
Sebagai sarana
pendidikan, karena didalam musik Panting syainya berisi tentang nasihat-nasihat
dan petuah.
·
Sebagai musik yang
memiliki nilai-nilai agama, karena musik-musiknya mengandung unsur-unsur agama.
·
Untuk mempererat tali
silaturahmi antar sesama warga masyarakat.
·
Sebagai kesenian musik
tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
ANALISIS
Pemuda
Banjar sebagai kaum intelektual dan merupakan pewaris seni dan kebudayaan
masyarakat Banjar haruslah memiliki wawasan dan kemampuan untuk melestarikan
seni dan kebudayaan masyarakatnya sendiri.
Namun
sangatlah disayangkan dengan kenyataan sekarang ini peminat kesenian-kesenian
daerah tidak terlalu berkembang. Pada saat ini bentuk-bentuk kesenian
tradisional tidak lagi menarik bagi masyarakatnya, karena dianggap ketinggalan
zaman sehingga banyak anak muda yang enggan belajar dan menggelutinya.
Keengganan para kawula muda disebabkan oleh rasa malu karena tidak mengikuti
perkembangan kesenian modern saat ini. Di era modern ini banyak sekali
hiburan-hiburan yang bersifat memanjakan masyarakat. Di pedesaan misalnya, sarana
hiburan diadakan biasanya ketika ada kegiatan hajatan perkawinan, selamatan,
maupun kegiatan pencarian dana dan lain sebagainya. Di perkotaan lain lagi,
sarana hiburan masyarakat diwujudkan dengan didirikannya bioskop, diskotik,
klab-klab malam hingga konser-konser band ternama. Inilah yang menjadi salah
satu penyebab mulai hilangnya kesenian tradisional di Kalimantan Selatan.
Kita
menyadari bahwa kebudayaan ataupun kesenian daerah yang hampir punah itu
merupakan asset daerah yang milik kita bersama, keberadaannya menjadi tanggung
jawab masyarakat Kalimantan Selatan untuk melestarikan dan mengenalkannya
secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Oleh
karena itu berbagai kegiatan yang dapat menunjang dalam pelestarian seni dan
budaya harus benar-benar diperhatikan. Namun dalam menghadapi era globalisasi
sekarang ini, tidak cukup hanya dengan berbekal pengetahuan saja tanpa
dibarengi dengan kemauan untuk melestarikan seni dan kebudayaan tersebut. Untuk
itulah berbagai kegiatan yang dapat mendorong terlaksananya peningkatan
kemampuan seni dan budaya harus terus ditingkatkan. Mari
terus kita kembangkan dan lestarikan kesenian khas daerah kita.
“Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar
Hilang di Dunia”
1 komentar:
mantaaap
Posting Komentar